TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Belajar Online Saat Pandemi Picu Transformasi Digital Untuk Pendidikan, Benarkan Demikian?
08 - Nopember - 2020 1867 Share :Sistem pendidikan yang terus dilakukan secara online memicu masyarakat agar melek terhadap teknologi. Siapa sangka, hal tersebut bisa memicu pertumbuhan transformasi digital untuk pendidikan Indonesia. Benarkah demikian?

Berbicara soal COVID-19 memang tidak pernah ada habisnya. Bahkan, terhitung beberapa bulan ke belakang, semua pembahasan selalu saja mengenai pandemi COVID-19. Namun, kali ini bukan membahas tentang penyakit yang disebarkan oleh virus corona. Melainkan adalah dampak yang diakibatkannya pada pendidikan di Indonesia.
Seperti yang diketahui, pendidikan negara merupakan salah satu sektor yang sangat berdampak besar akibat pandemi ini. Bahkan, akibatnya banyak sekolah dan lembaga pendidikan yang sengaja ditutup sementara sampai kondisi benar-benar aman dan bebas dari penyebaran virus. Siapa sangka, kondisi yang mengharuskan masyarakat lebih peka terhadap teknologi dan dunia digital, bisa menghasilkan transformasi digital khususnya di dunia pendidikan. Benarkah demikian?
Daftar Isi :
- Apa itu trnsformasi digital
- Covid-19 picu transformasi
- Bagaimana realisasi transformasi digital pendidikan indosneia
Apa itu Transformasi Digital
Mengenai transformasi digital bukanlah hal yang asing atau baru pertama dibahas. Bahkan, beberapa tahun terakhir masalah transformasi digital ini sudah banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan. Baik para akademisi, peneliti, dan pemerintahan. Begitu pun di sekolah-sekolah, banyak sekali pembicaraan mengenai hal tersebut, baik ketika seminar, diskusi dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, transformasi digital di bidang pendidikan berarti mentransformasi semua aspek pendidikan agar lebih men-digital. Singkatnya mendigitalisasi pendidikan di Indonesia. Tentunya proses digitalisasi ini dilakukan dengan memanfaatkan semua perkembangan dan kecanggihan teknologi yang ada saat ini.
Perubahan segala aspek ke arah yang lebih modern, canggih dan digitalis memang sudah direncanakan sejak lama. Hal ini tentu dengan melihat perkembangan teknologi di setiap negara. Bahkan, hampir semua negara-negara yang sudah maju menerapkan transformasi digital ini. Sehingga kehidupan masyarakat jadi lebih canggih dan fleksibel. Begitu pun di dunia pendidikan, pencanangannya agar lebih digital sudah direncanakan sejak lama. Meskipun sampai saat ini, rencana tersebut belum bisa direalisasikan sesuai harapan.
Covid-19 Picu Transformasi Digital?
Setelah kita mengetahui sedikit ulasan mengenai perubahan digital ini, melihat beberapa pemberitaan mengatakan bahwa kehadiran pandemi akibat COVID-19 rupanya bisa memicu realisasi digitalisasi ini jadi lebih mudah. Benarkah demikian?
Jika dilihat dari beberapa sisi, memang bisa dikatakan bahwa pandemi ini bisa membawa masyarakat ke dunia digital lebih dalam. Hal ini terbukti dengan kegiatan yang lebih dominan dilakukan secara online atau melalui media digital pada saat pandemi. Ketika masyarakat menggunakan media digital lebih jauh dan lebih sering, secara tidak langsung kehidupan mereka sudah terdigitalitasasi.
Apalagi dengan pemberlakukan kebijakan pemerintah yang menganjurkan agar senantiasa di rumah saja. bekerja di rumah secara online, dan belajar di rumah secara online. Bahkan, para siswa pun dituntut agar lebih melek terhadap dunia digital serta teknologi karena semua pembelajaraan semasa pandemi dilakukan melalui media tersebut. Tak tanggung-tanggung, para guru dan orangtua pun dituntut agar melakukan hal serupa.
Melihat pada hal-hal tersebut, tentu tuntutan dan kebijakan, atau bahkan kondisi yang memaksa masyarakat untuk lebih intens menggunakan teknologi, memang bisa membawa masyarakat pada perubahan kehidupan jadi digitalis. Hal ini sangat sesuai dan sejalan sekali dengan upaya Indonesia dalam menyambut era industri baru 4.0.
Perlu diketahui, industri 4.0 ini adalah sebuah era yang mana semua aspek kehidupan yang ada tidak bisa lepas dari yang namanya teknologi. Termasuk pada sektor pendidikan di Indonesia yang harus ikut beradaptasi dan berjalan selaras dengan era yang sedang dijalankan pada masa itu. Setidaknya harus bisa bertahan dan eksis akibat efek desruptif yang terjadi akibat perkembangan 4.0 secara masif.
Bagaimana Realisasi Transformasi Digital Pendidikan Indonesia?
Setelah mengetahui bahwa pandemi rupanya bisa memicu perkembangan transformasi digital yang sudah direncanakan, lantas bagaimana realisasinya? Apakah sudah sesuai dengan rencana, atau bahkan masih banyak kendala? Sayangnya, meskipun pandemi membuat masyarakat dan dunia pendidikan lebih dekat dengan teknologi, Indonesia dinilai masih belum mampu menyelaraskan dengan transformasi ke era industri 4.0. Berikut beberapa alasannya:
- Penerapan transformasi digital khususnya di sektor pendidikan belum bisa terealisasi sesuai harapan. Meskipun dipicu oleh pandemi yang mengharuskan semuanya menggunakan media digital, namun masalah pemerataan teknologi di semua kawasan menjadi masalah perealisasian yang tidak optimal.
- Kondisi dan infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah dan pihak berwenang masih belum cukup, bahkan cenderung masih kurang. Seperti misalnya akses perangkat digital yang belum memadai, dari mulai ponsel pintar maupun perangkat komputer, hingga jaringan internet yang memegang peranan cukup penting.
- Sumber daya manusia yang dianggap belum memadai. Hal ini pun bisa terbukti dan terlihat jelas ketika penerapan proses belajar daring. Masih banyak para guru, orangtua, dan siswa yang belum siap. Bahkan, untuk mengakses media belajar online saja masih banyak yang belum mampu dan bisa.
- Manajemen dan pengelolaan yang belum terorganisir dengan baik.
- Masih banyak lembaga pendidikan atau sebagian orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, enggan untuk bertransformasi secara digital. Karena menganggap sistem konvensional lebih baik dan cocok diterapkan.
Beberapa kendala tersebut memang berpengaruh besar pada proses realisasi transformasi digital di bidang pendidikan. Namun, ketika pandemi dan proses belajar daring digiatkan, sedikit demi sedikit beberapa masalah tersebut berkurang. Meskipun masih belum optimal, namun mau tidak mau masyarakat dan negara harus berusaha agar siap menyongsong era baru industri yang lebih lekat dengan teknologi dan digitalisasi.
Sumber
*) Dikutip dari berbagai sumber

Silvi Novitasari
Hi, perkenalkan saya Silvi Novitasari, biasa dipanggil Vee. Seorang penulis lepas yang juga senang belajar, berbagi, juga tentunya menulis. Sejak kecil, sangat senang sekali dengan dunia tulis-menulis. Kesenangan itulah yang menjadikan diri sebagai seorang penulis hingga sekarang. Terinspirasi agar dikenang dan bisa memberikan yang terbaik sehingga bisa bermanfaat bagi siapapun dan apapun melalui tulisan. Tak hanya itu, setiap ilmu yang didapat membuat saya ingin banyak berbagi dengan sesama. Berbagi, belajar bersama, dan menciptakan sesuatu yang bisa dirasakan manfaatnya oleh siapa saja. Itulah yang menjadi alasan saya menciptakan salah satu komunitas menulis yakni Komunitas Gerakan Menulis Indonesia (Writer Community). Juga berbagi apapun hikmah yang didapat dalam sebuah buku non-fiksi berjudul “RETROSPEKTIF” dan “Kunci-Kunci Bahagia”. Untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. sebagai pebisnis yang jujur dan hebat, saya juga menghubungkan kesenangan menulis saya dengan bisnis. Hal itu yang membuat saya berusaha membuka beberapa usaha bersama keluarga. Ternyata, kata-kata bisa membantu mengubah masa depan bisnis kita jauh lebih baik. Dari situ jugalah yang menjadikan saya sebagai Copywriter dan Content Writer yang bisa membantu banyak pebisnis mengembangkan bisnisnya melalui tulisan. Semangat berkarya dan menabur banyak manfaat!