ASESMEN DIAGNOSTIK
Asesmen Gaya Belajar: Menyesuaikan Metode Mengajar Dengan Preferensi Siswa
11 - Juli - 2025 60 Share :Pelajari pentingnya asesmen gaya belajar siswa: visual, auditori, dan kinestetik dalam strategi mengajar dan asesmen awal kurikulum merdeka.

Setiap siswa itu unik—serius deh, nggak ada satu pun yang sama persis. Ada yang matanya langsung berbinar kalau lihat gambar warna-warni, ada juga yang baru nyambung setelah mendengar penjelasan sambil ngunyah keripik (ya, ini sering terjadi di kelas!). Dan jangan lupakan anak-anak yang nggak bisa duduk diam tapi malah makin paham setelah disuruh praktek atau bergerak. Nah, perbedaan inilah yang bikin profesi guru itu seru sekaligus menantang.
Sebagai guru (atau orang tua keren yang mau terlibat lebih dalam), kita nggak cuma sekadar menyampaikan materi. Kita sedang jadi *navigator*—membantu anak-anak menemukan cara belajar yang paling pas buat mereka. Ibaratnya, kalau kita tahu gaya belajarnya, itu seperti pegang peta harta karun: belajar jadi lebih mudah, menyenangkan, dan penuh kejutan positif!
Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata dari ruang kelas, didukung oleh prinsip pendidikan yang diakui, dan pastinya sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menghargai keberagaman cara belajar. Di sini, kamu akan temukan panduan praktis tentang bagaimana melakukan asesmen gaya belajar siswa, mengenali tanda-tandanya, serta menerapkan strategi mengajar yang nyambung dengan kebutuhan mereka. Jadi, bukan sekadar teori, tapi bisa langsung dipraktikkan di kelas!
Kalau kamu sudah sering bertanya-tanya kenapa si A cepat paham, tapi si B kayaknya malah bingung meskipun dia duduk paling depan—nah, bisa jadi ini masalah gaya belajar. Yuk, kita selami bareng-bareng dan ubah kelas jadi tempat yang makin inklusif dan menyenangkan!
Apa Itu Gaya Belajar?
Pernah nggak sih, kita jelasin pelajaran panjang lebar, tapi ada murid yang tetap bengong? Atau sebaliknya, ada anak yang langsung paham hanya dengan melihat gambar atau ikut praktik sebentar? Nah, itu semua berkaitan dengan yang namanya gaya belajar. Gaya belajar adalah cara alami seseorang dalam menerima, mengolah, dan menyimpan informasi. Setiap anak punya caranya sendiri—dan di sinilah peran kita sebagai guru untuk mengenalinya dengan baik.
Secara umum, gaya belajar bisa dibagi menjadi tiga jenis utama. Ini dia:
- Visual: Anak tipe ini senang belajar lewat tampilan visual seperti gambar, warna, grafik, atau video. Cukup lihat diagram, langsung nyantol! Mereka cocok banget diajak bikin mind map atau nonton animasi pembelajaran.
- Auditori: Kalau yang ini, telinga mereka tajam banget. Penjelasan verbal, cerita, diskusi, atau bahkan lagu pembelajaran bisa bikin mereka lebih paham. Mau tahu lebih jauh? Coba deh cek metode mengajar untuk siswa auditori.
- Kinestetik: Nah, anak-anak ini nggak bisa diam—dan bukan berarti mereka nggak fokus. Justru mereka belajar paling baik kalau bisa bergerak, menyentuh, atau praktik langsung. Mereka belajar lewat pengalaman nyata. Ide aktivitasnya bisa dilihat di aktivitas praktis untuk gaya belajar kinestetik.
Di lapangan, banyak guru berpengalaman yang bilang, "Satu kelas, banyak kepala, banyak gaya." Dan itu benar adanya! Kombinasi dari ketiga gaya ini juga bisa muncul dalam satu anak. Misalnya, ada yang visual-auditori, atau kinestetik-visual. Jadi jangan heran kalau satu metode nggak bisa cocok ke semua murid. Itulah mengapa penting banget bagi kita untuk melakukan asesmen gaya belajar sejak awal.
Kalau ingin menyelam lebih dalam tentang tipe-tipe gaya belajar dan bagaimana kaitannya dengan cara berpikir siswa, artikel ini bisa jadi referensi mantap: Tipe Gaya Belajar dan Berpikir pada Siswa.
Ingat ya, tujuan kita bukan memberi label, tapi mengenali kekuatan tiap anak. Dengan begitu, kita bisa bantu mereka belajar dengan cara yang paling menyenangkan dan efektif. Belajar itu bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang bisa tumbuh dengan cara terbaiknya!
Kenapa Perlu Mengenali Gaya Belajar?
Pernah ngerasa frustasi ngajarin satu materi yang sama, tapi hasilnya beda-beda banget? Ada yang langsung paham, ada yang malah makin bingung, dan ada juga yang cuma senyum-senyum sambil garuk kepala. Nah, jangan buru-buru nyalahin muridnya dulu. Bisa jadi, yang perlu kita cek adalah: udah cocok belum gaya ngajarnya sama cara mereka belajar?
Bayangin kamu ngajarin ikan buat manjat pohon—nggak masuk akal, kan? Tapi sering tanpa sadar, kita melakukan hal serupa: menerapkan satu metode yang sama ke semua anak, padahal cara mereka menyerap informasi bisa sangat berbeda. Di sinilah pentingnya kita mengenali gaya belajar siswa sejak awal.
Sebagai guru, mengenali gaya belajar bukan cuma bikin kita kelihatan keren (walau itu bonus), tapi juga punya dampak nyata, seperti:
- Meningkatkan pemahaman dan retensi materi: Anak belajar dengan cara yang mereka sukai, otomatis lebih cepat “nempel” di kepala.
- Menumbuhkan rasa percaya diri siswa: Mereka merasa “Oh, ternyata aku bisa belajar juga!” Ini penting banget buat motivasi belajar jangka panjang.
- Meningkatkan partisipasi aktif dalam kelas: Anak jadi lebih antusias, aktif nanya, dan terlibat. Kelas pun jadi lebih hidup!
- Membantu guru menyusun strategi diferensiasi: Kita bisa siapkan berbagai pendekatan dalam mengajar—ada gambar, ada lagu, ada kegiatan praktik. Semua dapat porsi!
Dalam pengalaman kami, guru-guru yang memahami keberagaman ini cenderung punya hubungan yang lebih positif dengan siswanya. Mereka lebih mudah memahami kenapa si A harus jalan-jalan dulu keliling kelas sebelum bisa fokus, atau kenapa si B suka nyanyi pelan waktu ngerjain tugas—itu bukan gangguan, itu cara otak mereka bekerja!
Kalau kamu ingin menggali lebih dalam tentang perbedaan antar siswa dan kaitannya dengan gaya belajar, kamu bisa baca artikel ini juga: Student Diversity dan Gaya Belajar.
Ingat, setiap anak punya potensi. Tugas kita bukan menyamaratakan, tapi memberi ruang agar mereka bisa berkembang dengan cara terbaiknya. Yuk, mulai dari hal sederhana: kenali gaya belajar mereka hari ini juga!
Strategi Mengajar Berdasarkan Gaya Belajar
Setelah kita tahu gaya belajar masing-masing siswa, saatnya masuk ke dapur utama: strategi mengajar. Ini nih bagian serunya—karena kita bisa jadi lebih kreatif dan fleksibel dalam menyampaikan materi. Ingat, mengajar itu bukan soal siapa paling pintar ngomong, tapi siapa yang paling bisa nyambung ke cara belajar anak-anak.
Sebagai guru, kita punya “kotak peralatan” yang isinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan kelas. Yuk, kita bongkar satu per satu!
- Untuk Siswa Visual: Mereka itu tipe yang “mata duluan mikir”. Gunakan gambar menarik, infografik, video animasi, mind map warna-warni, atau bahkan papan tulis yang penuh coretan kreatif. Bikin materi terasa seperti komik, bukan diktat. Butuh inspirasi lebih lanjut? Cek artikel ini ya: Metode Mengajar untuk Gaya Belajar Beragam.
- Untuk Siswa Auditori: Nah, ini dia para pendengar sejati. Mereka cepat nangkap informasi dari suara—baik itu penjelasan guru, diskusi kelompok, atau cerita edukatif. Bisa juga lho, pakai lagu pembelajaran atau podcast mini yang dibikin sendiri. Bahkan beberapa guru kreatif sekarang bikin “radio kelas”. Coba deh ide-ide dari artikel ini: Metode Mengajar untuk Auditori.
- Untuk Siswa Kinestetik: Ini dia kelompok yang sering dikira nggak bisa diam. Padahal, justru mereka belajar paling cepat kalau disuruh praktik langsung, bergerak, atau terlibat dalam permainan. Bikin proyek mini, simulasi, eksperimen, atau bahkan belajar sambil jalan-jalan keliling sekolah bisa banget jadi pendekatan. Lihat ide-ide serunya di Aktivitas Kinestetik dan Kecerdasan Kinestetik.
Dari pengalaman para guru yang sudah mencoba, kombinasi pendekatan ini ternyata bukan cuma bikin siswa lebih fokus, tapi juga bikin guru makin betah ngajar. Serius! Karena kelas jadi lebih hidup dan anak-anak lebih terlibat. Dan jangan kaget kalau satu anak ternyata cocok dengan dua bahkan tiga gaya sekaligus—namanya juga manusia, kompleks tapi seru!
Intinya, strategi ini bukan soal bikin kurikulum baru, tapi soal membuka ruang fleksibilitas dalam mengajar. Jadi jangan takut untuk eksperimen, uji coba, dan refleksi. Karena di balik setiap gaya belajar, selalu ada potensi besar yang menunggu untuk dibantu berkembang.
Asesmen Awal dan Implementasi di Kurikulum Merdeka
Salah satu semangat utama dalam Kurikulum Merdeka adalah memberikan ruang bagi siswa untuk tumbuh sesuai dengan keunikannya. Nah, di sinilah pentingnya asesmen awal. Sebelum kita lari kencang dengan berbagai target pembelajaran, kita perlu kenal dulu siapa yang akan kita ajak lari bareng—alias, kenali dulu karakteristik siswa secara menyeluruh.
Asesmen awal bukan cuma soal nilai atau hafalan ya, tapi lebih ke “mengenali siapa anak-anak ini sebenarnya.” Apa kekuatan mereka? Apa gaya belajarnya? Apa yang membuat mereka semangat belajar? Dan di sinilah asesmen gaya belajar bisa ambil peran penting. Dengan mengetahui cara belajar yang paling cocok, kita bisa menyusun strategi mengajar yang lebih jitu dan personal.
Gimana cara asesmennya? Tenang, nggak perlu alat canggih atau form ribet. Bisa mulai dari hal-hal sederhana kok:
- Observasi: Amati bagaimana siswa merespons saat mendengarkan, membaca, atau melakukan kegiatan praktek. Apakah mereka lebih aktif saat mendengar penjelasan, atau justru saat diajak main peran?
- Angket ringan: Buat kuis seru atau pertanyaan pilihan ganda yang menanyakan preferensi mereka. Misalnya, “Lebih suka belajar dari video atau dari gambar?”
- Ngobrol langsung: Ajak diskusi santai. Kadang jawaban jujur malah muncul saat istirahat atau saat mereka merasa nyaman bicara dengan gurunya.
Pengalaman kami di lapangan menunjukkan bahwa guru-guru yang rutin melakukan asesmen awal gaya belajar, lebih siap dalam menyusun pembelajaran berdiferensiasi. Bahkan, kelas jadi lebih adaptif dan anak-anak pun merasa lebih dihargai caranya masing-masing dalam belajar.
Kalau kamu ingin mulai menyusun pembelajaran yang sesuai dengan hasil asesmen, artikel ini bisa jadi panduan berguna: Cara Menyesuaikan Metode Mengajar.
Ingat, tujuan utama Kurikulum Merdeka adalah membebaskan siswa dari pembelajaran yang seragam dan menjemukan. Dengan asesmen awal yang tepat, kita sebagai guru bisa jadi fasilitator belajar yang benar-benar memanusiakan murid. Yuk, mulai dari kenal gaya belajarnya dulu!
Penutup
Sering kali kita berpikir bahwa menyesuaikan metode mengajar dengan gaya belajar siswa itu bikin repot, harus ekstra ini itu. Tapi kenyataannya? Justru sebaliknya! Begitu kita kenal cara belajar anak, mengajar jadi lebih ringan, lebih nyambung, dan—yang paling penting—lebih bermakna. Nggak ada lagi istilah “siswa sulit belajar”, yang ada “metode yang belum cocok aja”.
Coba bayangkan, betapa senangnya seorang siswa kinestetik yang akhirnya diajak belajar sambil bergerak. Atau murid visual yang akhirnya paham karena dikasih diagram warna-warni. Atau siswa auditori yang tiba-tiba aktif pas pelajaran disampaikan lewat cerita. Semua itu berawal dari satu hal kecil: asesmen gaya belajar yang jeli dan penuh empati.
Jadi, yuk mulai dari langkah sederhana. Nggak perlu langsung buat instrumen canggih—cukup observasi ringan, ngobrol santai, atau lembar asesmen sederhana pun sudah bisa jadi titik awal perubahan besar di kelas. Siapa tahu, ada siswa yang diam-diam jenius tapi baru bersinar saat diajak role play atau bikin proyek bareng. Serius, pengalaman di lapangan membuktikan bahwa perubahan kecil dari guru bisa berdampak luar biasa buat perkembangan belajar siswa.
Sudah coba asesmen gaya belajar di kelasmu? Yuk bagikan pengalamannya! Bisa lewat media sosial, grup guru, atau bahkan di ruang guru sambil ngopi. Jangan lupa juga, kamu bisa download template asesmen gaya belajar dari website kami. Siap jadi guru keren yang makin adaptif? Ayo, share artikel ini ke teman guru lainnya. Karena belajar bareng itu lebih seru, dan mengajar dengan hati itu luar biasa!
File Lampiran : Asesmen Gaya Belajar: Menyesuaikan Metode Mengajar dengan Preferensi Siswa

Aristo Bharata
Founder tamanpustaka.com & guru di UPTD SPF SDN Sekarputih 1 Kecamatan Tegalampel Bondowoso