Belajar Dari Mana Saja di tamanpustaka.com

Saat ini ada lebih dari 198 artikel gratis yang tersedia

Mulai Belajar

IPA KELAS VII

Gunung Berapi, Klasifikasi, Bahaya Dan Mitigasi Bencana

02 - Januari - 2022  5,1K  Share :

Gunung berapi adalah permukaan bumi yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya dan memiliki lubang kepundan (rekahan dalam kerak bumi) sebagai tempat keluarnya magma, gas, atau material lainnya.


Gunung berapi adalah permukaan bumi yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya dan memiliki lubang kepundan (rekahan dalam kerak bumi) sebagai tempat keluarnya magma, gas, atau material lainnya.

Daftar Isi :

Klasifikasi Gunung Berapi di Indonesia

1. Berdasarkan catatan sejarah erupsinya, gunung berapi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu gunung berapi tipe A (sejak tahun 1.600 mengalami erupsi magmatik), gunung berapi tipe B (sejak tahun 1.600 belum pernah mengalami erupsi magmatik), dan gunung berapi tipe C (sejarah erupsi tidak diketahui, tetapi tampak tanda-tanda kegiatan gunung pada masa lampau).

2. Sumber erupsi gunung berapi dapat dibagi menjadi empat, yaitu erupsi pusat (magma keluar melalui kawah utama), erupsi samping (magma keluar dari lereng tubuh), erupsi celah (magma keluar melalui retakan/celah), dan erupsi eksentrik (magma keluar melalui kawah samping).

3. Berdasarkan tipe erupsinya, gunung berapi dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.

  1.  Tipe Hawaiian, memiliki erupsi eksplosif dari magma basaltik berupa semburan lava pijar diikuti leleran lava secara serentak. Erupsi terjadi pada celah atau kawah sederhana.
  2. Tipe Strombolian, memiliki erupsi berupa semburan lava pijar dari magma dangkal. Erupsi umumnya terjadi pada gunung berapi yang sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
  3. Tipe Plinian, memiliki erupsi yang sangat eksplosif dari magma yang memiliki kekentalan tinggi atau magma asam dengan material erupsi berupa batu apung.
  4. Tipe Subplinian, memiliki erupsi eksplosif dari magma asam atau riolitik dari gunung api strato. Erupsinya dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit.
  5. Tipe Ultra Plinian, memiliki kerupsi yang sangat eksplosif yang menghasilkan batu apung lebih banyak dan lebih luas dari Plinian biasa
  6. Tipe Vulkanian, memiliki erupsi megnetik yang terdiri atas andesit, basaltik, hingga dasit yang disertai dengan lontaran bom - bom vulkanik
  7. Tipe Surtseyan, memiliki erupsi yang berasal dari interaksi antara magma basaltik dengan air permukaan atau air bawah tanah.
  8. Tipe Freatoplinian, memiliki erupsi yang berasal dari interaksi antara magma dengan air yang tersusun dari riolitik.

4. Berdasarkan bentuknya, gunung berapi dikelompokkan menjadi empat, yaitu Stratovolcano (gunung berapi yang berbentuk kerucut besar), Perisai (gunung berapi yang bentuknya berlereng landai), Cinder Cone (gunung berapi yang membentuk mangkuk di puncaknya), dan Kaldera (gunung berapi yang bagian puncaknya berbentuk cekung).

gunung berapi

Bahaya Gunung Berapi

1. Bahaya langsung letusan gunung berapi adalah sebagai berikut.

  1.  Leleran lava. Semakin encer magma yang dierupsikan, semakin jauh mengalirnya. Suhu lava ketika dierupsikan berkisar antara 800-1.200°C.
  2. Aliran piroklastik (awan panas). Terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, dan guguran kubah lava. Aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau udara yang terpanaskan ketika mengalir. Kecepatan aliran awan panas berkisar antara 150-250 km/jam.
  3. Hujan abu (jatuhan piroklastik). Terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi dan setelah energinya habis, turun ke permukaan Bumi berupa hujan abu. Endapan abunya dapat menyebabkan kerusakan tanaman dan sebaran abu di udara dapat mengganggu penerbangan.
  4. Lahar panas. Terjadi pada gunung berapi yang memiliki kawah berisi air dalam volume besar. Jika gunung meletus, akan terjadi tumpahan lumpur panas.
  5. as vulkanik beracun. Gas beracun yang dihasilkan oleh gunung berapi yang masih aktif, di antaranya CO (karbon monoksida), co, (karbon dioksida), HCN (hidrogen sianida), H,S (hidrogen sulfida), dan So, (belerang dioksida).

2. Bahaya tidak langsung pada saat atau setelah gunung berapi meletus adalah sebagai berikut.

  1.  Lahar dingin. Terjadi jika material hasil erupsi gunung berapi yang mengendap di puncak dan lereng terbawa oleh hujan. Bongkahan batu besar dapat mengapung di permukaan lumpur. Lahar dingin dapat mengubah topografi sungai dan merusak bangunan.
  2. Banjir bandang. Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik yang terbawa oleh aliran air hujan dengan curah yang cukup tinggi.
  3. Longsoran vulkanik. Secara umum, longsoran vulkanik jarang terjadi pada gunung berapi. 

Penanggulangan Bencana Gunung Berapi

1. Sebelum terjadi letusan, dilakukan tindakan sebagai berikut.

  1. Pemantauan dan pengamatan kegiatan gunung berapi yang aktif.
  2. Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Risiko Bahaya Gunung Berapi.
  3. Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung berapi.
  4. Melakukan bimbingan dan pemberian informasi gunung berapi.
  5. Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia gunung berapi.
  6. Meningkatkan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana. 

2. Selama terjadi letusan, masyarakat dianjurkan melakukan hal berikut.

a. Mengikuti perintah yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.Cari ruang perlindungan.

b. Menghindari melintas searah dengan arah angin dan arah aliran sungai yang berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.

c. Jika terjebak di dalam ruangan atau rumah: 

  • Tutup seluruh pintu, jendela, lubang, dan keran.
  • Bawa semua hewan peliharaan ke dalam ruang yang terlindung.
  • Letakkan semua mesin di dalam ruang tertutup.

d. Jika berada di ruang terbuka:

  • Cari ruang perlindungan.
  • Lindungi diri dari hujan.
  • Jika terjadi hujan batu, lindungi kepala dengan posisi melingkar seperti bola.
  • Cari tempat yang lebih tinggi.
  • Hati-hati terhadap aliran lahar.
  • Lindungi mata dengan kacamata.
  • Lindungi pernapasan dengan masker, kain, atau sapu tangan.
  • Kenakan celana panjang dan baju berlengan panjang. 
  • Jika terjadi aliran lahar, matikan mesin kendaraan.

e. Menghindari daerah bahaya.

f. Jangan mendekati gunung yang sedang meletus, lembah, dan dataran rendah.

g. Jauhi jembatan yang di bawahnya mengalir lahar panas atau dingin. Cari tempat yang lebih tinggi.

h. Selalu aktif mendengarkan berita melalui radio atau televisi mengenai kabar letusan gunung berapi.

3. Setelah terjadi letusan, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut.

  1. Mengumpulkan data tentang sebaran dampak letusan.
  2. Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya. 
  3. Memberikan saran penanggulangan bahaya.
  4. Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
  5. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
  6. Menurunkan status kegiatan gunung berapi, jika keadaan sudah menurun.
  7. Melanjutkan pemantauan rutin.

Tingkat Isyarat Gunung Berapi

1. Status: Awas

  1. Letusan dimulai dari abu dan asap.
  2. Letusan terjadi dalam waktu 24 jam.
  3. Berpeluang menimbulkan bencana.

Tindakan yang dilakukan:  

  1. Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan.
  2. Melaksanakan piket penuh.
  3. Koordinasi dilakukan setiap hari. 

2. Status: Siaga

  1. Aktivitas gunung berapi meningkat ke arah letusan.
  2. Kegiatan seismik mengalami peningkatan.
  3. Letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu.

Tindakan yang dilakukan:

  1. Sosialisasi di daerah yang terancam bahaya.
  2. Menyiapkan sarana darurat.
  3. Koordinasi harian.
  4. Melaksanakan piket penuh.

3. Status: Waspada

  1. Aktivitas gunung berapi di atas level normal.
  2. Aktivitas seismik mengalami peningkatan.
  3. Aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal mengalami peningkatan.

Tindakan yang dilakukan:

  1. Mengadakan sosialisasi dampak dan cara penanggulangan bahaya letusan. 
  2. Penilaian bahaya.
  3. Pemeriksaan sarana.
  4. Melaksanakan piket terbatas.

4. Status: Normal

  1. Tidak ada aktivitas gunung berapi.
  2. Level aktivitas dasar. : 

Tindakan yang dilakukan :

  1. Pengamatan rutin.
  2. Survei dan penyelidikan.

 

Sumber


*) Dikutip dari berbagai sumber

Ditulis oleh :


Andi Tedy

Andi Tedy

Content Editor

Artikel Terkait :


Sistem Tata Surya

Sistem Tata Surya

Andi Tedy, 02 - Januari - 2022
Matahari, Bumi dan Bulan

Matahari, Bumi dan Bulan

Andi Tedy, 02 - Januari - 2022
Pemanasan Global

Pemanasan Global

Andi Tedy, 01 - Januari - 2022
Struktur Bumi

Struktur Bumi

Andi Tedy, 01 - Januari - 2022
Organisasi Kehidupan

Organisasi Kehidupan

Andi Tedy, 31 - Desember - 2021

Artikel Terbaru


Paling Banyak Dibaca



Media Pendidikan Terbaru


Fitur Baru di tamanpustaka.com

Dapatkan Media Pembelajaran dan Aplikasi Pendukung Administrasi Sekolah Secara GRATIS.

Artikel Terbaru Lainnya

Temukan pilihan artikel terbaru lainnya yang telah kami siapkan khusus untuk Anda. Temukan beragam topik menarik, inspirasi, dan informasi terkini yang sayang untuk dilewatkan!

Temukan dan Ikuti Kami 

Terhubung lebih dekat dengan kami melalui media sosial! Dapatkan update terkini, informasi menarik, dan konten eksklusif langsung di feed Anda. Ikuti kami di semua platform favorit Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami!

Tentang tamanpustaka.com

tamanpustaka.com menyajikan materi pelajaran, pengetahuan umum, serta media pembelajaran lengkap dengan gambar dan video untuk siswa hingga masyarakat umum.