Belajar Dari Mana Saja di tamanpustaka.com
Mulai BelajarUwais Nur Alifaturachman, 10 - Juli - 2023 826
Bukti Perjuangan sebelum Kebangkitan Nasional 1908 perjuangan melawan penjajah Portugis perjuangan menentang penjajah Belanda Tokoh-tokoh perjuangan sebelum tahun 1908 faktor pendorong kebangkitan nasional 1908 faktor intern faktor ekstern
Masa penjajahan di Indonesia diawali dengan kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol untuk mencari rempah-rempah di Indonesia. Namun, karena melihat kekayaan alam Indonesia yang melimpah, keinginan tersebut berubah menjadi ingin menguasai wilayah Indonesia. Selain bangsa Portugis dan Spanyol, Indonesia kedatangan bangsa Belanda yang juga ingin menduduki wilayah Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda paling lama menjajah wilayah Indonesia selama kurang lebih 350 tahun lamanya. Selama itu pula, rakyat Indonesia berjuang untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Perjuangan rakyat pada awalnya bersifat kedaerahan, namun setelah tahun 1908 perjuangan rakyat menjadi bersifat nasional.
Berikut beberapa bukti perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908.
Perjuangan pertama menentang penjajahan yang dilakukan bangsa Indonesia terhadap penjajah Portugis dilakukan oleh rakyat Malaka, Johor, Aceh, Maluku, Demak, dan Sunda Kelapa.
Pada tahun 1511, Malaka di bawah pimpinan Sultan Mahmud Syah I melakukan perlawanan terhadap pendudukan Portugis. Namun, akhirnya Portugis dapat mendesak pasukan Malaka sehingga mereka terpaksa menyingkir ke Pulau Bintan. Malaka akhirnya jatuh ke tangan Portugis tahun 1511. Pada tahun 1526, Pulau Bintan diserbu oleh Portugis. Sultan Mahmud Syah I kemudian lari ke Kampar hingga wafatnya pada tahun 1528.
Aceh melancarkan perlawanan terhadap Portugis hingga abad ke-17. Di bawah kepemimpinan raja pertama, Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530), Kesultanan Aceh berhasil menyergap kapal-kapal Portugis dan mendapatkan meriam. Aceh dengan meriam yang lebih banyak dari Portugis, menaklukkan Pidie, Deli, Pedir, Pasai, hingga wilayah kekuasaan Johor. Aceh menjadi sangat kuat ketika dipimpin Sultan Iskandar Muda (16071636). Aceh mendapat bantuan dari Turki. Persia, dan Gujarat (India). Beberapa pedagang muslim di Jawa bahkan mengirimkan kapal, prajurit, dan makanan.
Di bawah pimpinan Adipati Unus, pasukan Demak (Jawa Tengah) pada tahun 1512-1523 melakukan perlawanan terhadap Portugis dengan dibantu oleh armada Aceh, Palembang, dan Bintan. Adipati Unus berusaha merebut kembali Malaka dari kekuasaan Portugis, namun tidak berhasil.
Di bawah pimpinan Sultan Hairun, rakyat Temate melakukan perlawanan terhadap Portugis sejak tahun 1550. Dengan dalih untuk mengadakan perundingan damai, Portugis menipu dan membunuh Sultan Hairun sehingga membuat rakyat Temate kian marah. Perjuangan kemudian diteruskan oleh Sultan Baabullah, putra Sultan Hairun. Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, rakyat Temate, Tidore, dan Halmahera bersatu melawan Portugis (1570-1575). Pada tanggal 28 Desember 1577 rakyat Ternate berhasil mengusir Portugis dari Temate.
Fatahillah, seorang ulama dari Demak yang bertugas menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, memimpin rakyat untuk melakukan perlawanan terhadap Portugis. Pada tahun 1527, pasukan Fatahillah menyerang orang-orang Portugis di Sunda Kelapa dan berhasil mengalahkannya. Portugis akhirnya terusir kembali ke Malaka. Nama Sunda Kelapa oleh Fatahillah kemudian diganti menjadi Jayakarta (disingkat menjadi Jakarta).
Penjajahan bangsa Belanda di Indonesia dimulai sejak didirikannya Vereenigde OostIndische Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Sejak VOC berdiri, dimulailah berbagai bentuk kekerasan yang menimpa rakyat Indonesia. Penderitaan rakyat Indonesia terjadi dalam berbagai segi kehidupan. Di berbagai daerah, VOC melakukan tindakan dengan melaksanakan politik devide et impera (adu domba), yaitu saling mengadu domba antara kerajaan yang satu dan kerajaan yang lain atau mengadu domba di dalam kerajaan itu sendiri. VOC juga membebani rakyat Indonesia dengan berbagai pungutan.
Penderitaan bangsa Indonesia makin bertambah ketika Daendels (1808-1811) berkuasa. Rakyat dipaksa melakukan kerja paksa (rodi) guna membangun jalan sepanjang Anyer-Panarukan untuk kepentingan militer. Penderitaan berlanjut karena Belanda kemudian menerapkan Cultuurstelsel (tanam paksa). Peraturan Tanam Paksa diterapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van den Bosch tahun 1828. Sistem Tanam Paksa mewajibkan rakyat menanami sebagian dari sawah dan atau ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah.
Beberapa perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap Belanda sebelum tahun 1908 sebagai berikut.
1) Perang Padri.
2) Perang Pattimura.
3) Perang Diponegoro.
4) Perang Jagaraga.
5) Perang Aceh.
Berikut beberapa tokoh yang berjuang melawan penjajahan asing sebelum masa Kebangkitan Nasional.
Raden Mas Rangsang menggantikan Raden Mas Martapura dengan gelar Sultan Agung Senopati Ing Alogo Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram yang memakai gelar Sultan sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Sultan Agung memerintah Mataram dari tahun 1613-1645. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai kejayaan. Dalam memerintah kerajaan, ia bertujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir Belanda dari Batavia.
Pada masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia dua kali (tahun 1628 dan tahun 1629), namun gagal. Dengan kegagalan tersebut, membuat Sultan Agung makin memperketat penjagaan daerah perbatasan yang dekat Batavia sehingga Belanda sulit menembus Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan putranya bergelar Amangkurat I.
Sultan Ageng Tirtayasa memerintah Banten dari tahun 1651-1683. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Ia berusaha memperluas kerajaannya dan mengusir Belanda dari Batavia. Banten mendukung perlawanan Mataram terhadap Belanda di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa memajukan aktivitas perdagangan agar dapat bersaing dengan Belanda. Selain itu, juga memerintahkan pasukan Kerajaan Banten untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Batavia. Kemudian mengadakan perusakan perkebunan tebu milik Belanda di Ciangke. Menghadapi gerakan tersebut membuat Belanda kewalahan. Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji). Sejak saat itu Sultan Ageng Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa.
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai masa kejayaannya. Cita-cita Sultan Hasanuddin untuk menguasai jalur perdagangan Nusantara mendorong perluasan kekuasaan ke Kepulauan Nusa Tenggara. Hal itu ditentang oleh Belanda. Pertentangan tersebut sering menimbulkan peperangan di antara kedua kubu. Keberanian dan kegigihan Sultan Hasanuddin dalam memimpin pasukan Kerajaan Makassar mengakibatkan kedudukan Belanda makin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanuddin, Belanda menjulukinya dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur".
Pada tanggal 16 Mei 1817, rakyat Maluku di bawah pimpinan Pattimura (Thomas Matulessy) mengadakan penyerbuan ke pos Belanda dan berhasil merebut benteng Duurstede. Dari Saparua perlawanan meluas ke tempat lain seperti Seram, Haruku, Larike, dan Wakasihu. Hampir seluruh Maluku melakukan perlawanan sehingga Belanda merasa kewalahan. Pada tanggal 15 Oktober 1817, Belanda mulai mengadakan serangan besar-besaran. Pada bulan November 1817, Thomas Matulessy berhasil ditangkap.
Rakyat Minangkabau bersatu melawan Belanda Perlawanan tersebut teqadi pada tahun 1830– 1837 di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol Untuk mengatasi perlawanan rakyat Minangkabau, Belanda menerapkan siasat adu domba. Dalam menerapkan siasat ini, Belanda mengirimkan pasukan dan Jawa di bawah pimpinan Sentot Prawiradina Ternyata Sentot beserta pasukannya membantu kaum Padni. Karena itu Santot ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Pada akhir tahun 1834 Belanda memusakan pasukannya menduduki Kota Bonjol. Tanggal 16 Juni 1835, pasukan Belanda menembaki Kota Bonjol dengan meriam. Dengan tembakan menam yang sangat gencar, Belanda berhasil merebut Benteng Bonjol. Akhimya pada tanggal 25 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol menyerah. Dengan menyerahnya Tuanku Imam Bonjol berarti padamlah perlawanan sakyat Minangkabau terhadap Belanda.
Pangeran Diponegoro atau Raden Mas Ontowiryo, putra sulung Sultan Hamengkubowono III, lahir pada tahun 1785. Melihat penderitaan rakyat, hatinya tergerak untuk memperjuangkannya. Pemicu utama perlawanan Diponegoro adalah pemasangan tiang pancang untuk membuat jalan menuju Magelang, Pemasangannya melewati makam leluhur Diponegoro yang dilakukan tanpa izin. Karena pendapat tentangan, pada tanggal 20 Juli 1825 Belanda melakukan serangan ke Tegalrejo. Namun dalam serangan tersebut tidak berhasil menemukan Diponegoro, karena sebelumnya Diponegoro telah memindahkan markasnya di Selarong. Dalam perlawanan melawan Belanda. Pangeran Diponegoro dibantu Pangeran Mangkubumi, Sentot Pawirodirjo, Pangeran Suriatmojo. dan Dipokusumo. Ulama turut membantu, seperti Kiai Mojo dan Kiai Kasan Basri.
Untuk mematahkan perlawanan Diponegoro, Belanda melaksanakan siasat Benteng Stelsel (sistem benteng). Dalam perlawanannya. Pangeran Diponegoro akhimya terbujuk untuk berunding. Dalam perundingan, beliau ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai akhimya meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1855.
Perlawanan rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasan. Perlawanan tersebut dikenal dengan Perang Banjar, berlangsung dari tahun antara 1859-1906 (menurut sumber Belanda 1859-1863). Setelah Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat, perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari. Atas keberhasilan memimpin perlawanan, Pangeran Antasari diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Beliau terus mengadakan perlawanan sampai wafat tanggal 11 Oktober 1862.
Sisingamangaraja lahir di Bakkara, Tapanuli pada 1845 dan menjadi raja pada tahun 1867. Saat bertakhta, ia sangat menentang penjajah dan melakukan perlawanan, akibatnya ia dikejar-kejar oleh penjajah. Setelah tiga tahun dikejar Belanda, akhimya persembunyian Sisingamangaraja diketahui dan dikepung ketat. Pada saat itu komandan pasukan Belanda meminta kembali agar ia menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun Sisingamangaraja tetap menolak dan memilih mati daripada menyerah.
Faktor pendorong munculnya Kebangkitan Nasional Indonesia sebagai berikut.
Faktor intern atau faktor dari dalam yang mendorong munculnya Kebangkitan Nasional Indonesia sebagai berikut.
1) Penjajahan mengakibatkan terjadinya penderitaan rakyat Indonesia yang tidak terkira. Sistem penjajahan Belanda yang eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia Indonesia serta sewenang-wenang terhadap warga pribumi telah menyadarkan penduduk Indonesia tentang adanya sistem kolonialisme dan imperialisme Barat yang menerapkan ketidaksamaan dan perlakuan yang membeda-bedakan (diskriminatif).
2) Kenangan akan kejayaan masa lalu. Rakyat Indonesia pada umumnya menyadari bahwa mereka pernah memiliki negara kekuasaan yang jaya dan berdaulat di masa lalu (Sriwijaya dan Majapahit). Kejayaan tersebut menimbulkan kebanggaan dan meningkatnya harga diri sebagai suatu bangsa. Oleh karena itu, rakyat Indonesia berusaha untuk mengembalikan kebanggaan dan harga diri sebagai suatu bangsa tersebut.
3) Lahirnya kelompok terpelajar yang memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar negeri. Kesempatan tersebut terbuka setelah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 menjalankan Politik Etis (edukasi, imigrasi, dan irigasi). Orang-orang Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat berasal dari kalangan priyayi abangan yang memiliki status bangsawan. Sebagian lainnya berasal dari kalangan priyayi dan santri yang secara sosial ekonomi memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji serta memperoleh pendidikan tertentu di luar negeri.
4) Menyebarnya paham-paham baru yang lahir di Eropa, seperti demokrasi, liberalisme, sosialisme, dan komunisme di negeri jajahan (Indonesia) yang dilakukan oleh kalangan terpelajar.
Faktor ekstern atau faktor dari luar yang mendorong munculnya Kebangkitan Nasional Indonesia sebagai berikut.
1) Munculnya kesadaran tentang pentingnya semangat kebangsaan, semangat nasional, perasaan senasib sebagai bangsa terjajah, serta keinginan untuk mendirikan negara berdaulat lepas dari cengkeraman imperialisme di seluruh negara-negara jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
2) Perang Dunia I (1914-1918) telah menyadarkan bangsa-bangsa terjajah bahwa negaranegara imperialis telah berperang di antara mereka sendiri. Perang tersebut merupakan perang memperebutkan daerah jajahan. Tokoh-tokoh pergerakan nasional di Asia, Afrika, dan Amerika Latin telah menyadari bahwa kini saatnya telah tiba bagi mereka untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah yang sudah lelah berperang.
3) Munculnya nasionalisme di Asia dan di negara-negara jajahan lainnya di seluruh dunia telah mengilhami tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905 telah memberikan keyakinan bagi tokoh nasionalis Indonesia bahwa bangsa kulit putih Eropa dapat dikalahkan oleh kulit berwarna Asia. Demikian juga, model pergerakan nasional yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India, Mustafa Kemal Pasha di Turki, serta Dr. Sun Yat Sen di Tiongkok telah memberikan inspirasi bagi kalangan terpelajar nasionalis Indonesia bahwa imperialisme Belanda dapat dilawan melalui organisasi modern dengan cara memajukan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan politik pada bangsa Indonesia terlebih dahulu sebelum memperjuangkan kemerdekaan.
Sumber : Dikutip dari berbagai sumber
Tentang Taman Pustaka
Taman Pustaka adalah website yang membahas tentang pelajaran sekolah, madrasah dan pengetahuan umum. Taman Pustaka juga sebagai media pembelajaran bagi para siswa, santri, mahasiswa, serta masyarakat umum yang ingin mengembangkan pengetahuan. pada setiap artikel di taman pustaka di lengkapi gambar dan video agar kandungan materi dalam artikel dapat lebih mudah dipelajari.