Belajar Dari Mana Saja di tamanpustaka.com
Mulai BelajarELY ZULAIKHA, 09 - Nopember - 2020 2344
Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Rasulullah SAW Khulafaurrasyidin adalah Khalifah Ali bin Abi Thalib Ali bin Abi Thalib Biografi Ali bin Abi Thalib Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah terakhir. Selama beliau memimpin banyak terjadi perpecahan diantara kaum Muslim. Salah satunya muncul kelompok Khawarij dan Syi’ah. Lalu siapa sajakah mereka? Mari kita simak selengkapnya!
Daftar Isi :
Beliau lahir di Mekah pada hari Jumat 13 Rajab tahun 570 M. Beliau selisih 32 tahun dengan Nabi Muhammad saw.. Nama lengkapnya yaitu Ali bin Abi Thalib bin Abdi Manaf bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Abul Hasan bin Husein. Ibu beliau bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay. Ibunya mendapat gelar Wanita Bani Hasyim pertama yang melahirkan putra Bani Hasyim. Ali memiliki saudara laki-laki dan perempuan. Saudara laki-lakinya bernama Thalib, Aqiel, dan Ja’far yang usianya lebih tua dari Ali, masing-masing terpaut sepuluh tahun. Sedangkan saudara perempuannya bernama Ummu’ Hani dan Jumanah, mereka berdua masuk Islam dan ikut berhijrah.
Ali bin Abi Thalib mendapat nama panggilan Abu Turab (Bapaknya tanah) dari Nabi Muhammad saw.. Beliau paling senang dengan panggilan Abu Turab karena itu menjadi kenang-kenangan berharga dari Nabi Muhammad saw.. Khalifah Ali dikenal sebagai orang yang alim, cerdas, dan taat beragama. Beliau juga saudara sepupu Rasulullah (anak paman Nabi, Abu Thalib), juga menjadi menantu karena menikahi putri Rasulullah yang bernama Fatimah. Fatimah adalah satu-satunya putri Rasulullah yang mempunyai keturunan.
Peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan menyebabkan terjadinya perpecahan empat golongan di kalangan umat Islam, yaitu :
Ali merupakan calon terkuat untuk menjadi khalifah karena mendapat banyak dukungan dari para sahabat dan kaum pemberontak. Mereka menawarkan kursi pemerintahan namun Ali menolaknya. Disisi lain, para pemuka Muhajirin dan Anshar mendesak Ali untuk menerima tawaran tersebut untuk menghindari terjadinya fitnah yang lebih besar dan timbulnya perpecahan dikalangan umat Islam. Akhirnya Ali menerima tawaran tersebut. Beliau dibaiat menjadi khalifah oleh kaum muslimin pada akhir bulan Dzulhijjah tahun 35 Hijriah bertepatan dengan tanggal 23 Juni tahun 656 M.
Khalifah Ali merupakan seorang yang memiliki kecakapan dalam bidang ilmu pengetahuan, militer, dan strategi perang. Khalifah Ali dikenal sebagai orang yang berani dan tegas dalam kepemimpinannya. Beliau menindak segala macam kezhaliman dan kejahatan. Selain mengganti pejabat yang kurang layak, beliau juga mengambil kembali tanah-tanah pada masa Utsman yang dibagikan kepada kerabatnya dengan tujuan yang tidak jelas. Ini menyebabkan banyak pemberontak pada masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Beliau juga memindahkan pusat kota pemerintahan dari Madinah ke Kufah.
Perang ini terjadi karena perbedaan pendapat antara kelompok Ali bin Abi Thalib dan Aisyah, istri Nabi Muhammad saw.. saat itu, Thalhah bin Ubaidilah dam Zubair bin Awam merupakan dua orang yang ikut bermusyawah menentukan khalifah pengganti Utsman bin Affan. Kedua sahabat ini juga mengikuti baiat ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah. Namun saat fitnah tersebar pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, mereka berdua memiliki pandangan yang berbeda terhadap Ali bin Abi Thalib. Mereka menuntut Khalifah Ali untuk menghukum pembunuh Utsman bin Affan, namun beliau menolak. Penolakan ini disampaikan Thalhah kepada Aisyah, kerabat Utsman. Dua kelompok ini berpendirian tetap masing-masing.
Khalifah Ali tidak berhasil mengajukan kompromi untuk menghindari pertumpahan darah. Perang Jamal terjadi padad tahun 36 H yang menyebabkan banyak kaum muslim yang terbunuh termasuk Thalhah bin Ubaidilah dan Zubair bin Awwam.
Langkah pertama yang diambil Ali bin Abi Thalib saat memegang kekhalifahannya yaitu melengserkan dan mengganti gubernur wilayah yang dulunya dipilih oleh Khalifah Utsman bin Affan. Kebijakan ini menjadi salah satu sebab adanya ketidakpuasan pada Khalifah Ali. Salah satunya Muawiyah bin Abi Sufyan yang menjabat sebagai gubernur wilayah Syam sejak Khalifah Umar. Dia menolak perintah Khalifah Ali untuk melepas jabatannya. Bahkan, ia menuduh Ali tersepakat dengan para pemberontak untuk membunuh Khalifah Utsman bin Affan. Berkembanglah keadaan krisis ini sampai akhirnya terjadilah Perang Shiffin pada tahun 37 H.
Sebenarnya pihak Ali hamper memenangkan peperangan kalau dari tidak Muawiyah tidak mengangkat mushaf-mushaf diatas ujung tombak mereka yang meminta agar melakukan perdamaian sesuai yang ada dalam kitab Al-Qur’an. Khalifah Ali menolak untuk melakukan perdamaian, menurutnya itu hanya tipu daya Muawiyah agar tidak mengalami kekalahan. Tetapi banyak dari pasukan Ali yang condong dengan perdamaian tersebut dan ada yang menginginkan untuk terus berperang. Namun ketika Ali bin Abi Thalib menolak permintaan pasukannnya yang menginginkan kembali berperang maka pasukannya memberontak kepada Ali bin Abi Thalib dan keluar dari ketaatan kepadanya. Mereka yang memberontak disebut Khawarij.
Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyah mengadakan perjanjian damai dan memerintahkan beberapa utusan untuk membicarakannya. Dari pihak Ali dipilih Abu musa al-Asyari, sedangkan dari Muawiyah dipilih Amru bin Ash, namun dalam perundingan yang terjadi mereka tidak mendapatkan kesepakatan untuk meneylesaikan perkara tersebut.
Kelompok Khawarij merupakan bagian dari pendukung Ali yang memisahkan diri, dengan alaasan ketidaksetujuan mereka terhadap sikap Ali bin Abi Thalib yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya menyelesaikan perselisihan dengan konfliknya dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Latar belakang ketidaksetujuan mereka, bahwa tahkim itu merupakan penyelesaian masalah yang tidak didasarkan pada ajaran Al-Qur’an, tapi ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak memutuskan hokum dengan Al-ur’an adalah kafir. Dengan demikian, orang yang melakukan tahkim dan menerimanya adalah kafir.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali justru berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim yaitu Abu Musa al-Asyari, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Amru bin Ash. Mereka berusah membunuh empat orang tersebut, namun dalam fakta sejarah hanya Ali yang berhasil terbunuh ditangan mereka.
Di samping penentang, Khalifah Ali memiliki pendukung yang sangat fanatik dan setia terhadapnya. Kesetiaan mereka bertambah saat kalangan Khawarij berhasil membunuh Khalifah Ali. Mereka yang fanatik terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai kelompok Syi;ah.
Khalifah Ali dibunuh oleh Abdurrahman din Muljam, seorang pengikut Kwarij. Beliau ditikam saat perjalanan menuju Masjid Kufah untuk mengumandangkan azan. Peristiwa tersebut terjadi pada malam Jumat waktu sahur (sebelum salat subuh) tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H, dalam usia 65 tahun. Khalifah Ali bin Abi Thalib dimakamkan di dekat Darul Imarah (istana kepresidenan), di Kufah. Masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib sekitar lima tahun.2
SUMBER
1 Ahmad Ajwad Jauhari, Sejarah Kebudayaan Islam untuk MTs dan yang Sederajat Kelas VII, (Surakarta:Pustaka Nugraha) hlm. 15
2 Ahmad Ajwad Jauhari, Sejarah Kebudayaan Islam untuk MTs dan yang Sederajat Kelas VII, (Surakarta:Pustaka Nugraha) hlm. 16
Tentang Taman Pustaka
Taman Pustaka adalah website yang membahas tentang pelajaran sekolah, madrasah dan pengetahuan umum. Taman Pustaka juga sebagai media pembelajaran bagi para siswa, santri, mahasiswa, serta masyarakat umum yang ingin mengembangkan pengetahuan. pada setiap artikel di taman pustaka di lengkapi gambar dan video agar kandungan materi dalam artikel dapat lebih mudah dipelajari.