KABAR PENDIDIKAN
Pemerintah Rencanakan Sekolah Kembali Dibuka Pada Januari 2021
25 - Nopember - 2020 1730 Share :Pembelajaran secara daring akibat covid 19 masih dinilai kurang efektif dan memiliki banyak kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan pelajar Indonesia masih perlu adaptasi dan tantangan menghadapi perubahan pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran online.

Pembelajaran secara daring akibat covid 19 masih dinilai kurang efektif dan memiliki banyak kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan pelajar Indonesia masih perlu adaptasi dan tantangan menghadapi perubahan pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran online. Selain itu, pembelajaran daring juga menjadi tantangan bagi guru, karena tidak semua guru memahami dan dapat menggunakan teknologi pembelajaran dengan baik. Guru juga hanya bisa memonitor siswa lewat jarak jauh, siswa bisa saja tidak fokus mengikuti pembelajaran daring atau justru melakukan kegiatan belajar sambil melakukan aktivitas lainnya. Pembelajaran daring masih dinilai kurang efektif karena kurangnya kesiapan untuk menghadapi pembelajaran daring tersebut.
Berdasarkan masalah tersebut, pemerintah mulai merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan secara tatap muka pada Januari 2021 mendatang. Hal ini didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Mendikbud), Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri dalam Negeri (Mendagri) tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran pada semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021 di masa pandemi covid 19. Dalam SKB tersebut pemerintah memberikan kewenangan penuh dalam menentukan izin pembelajaran tatap muka pada kebijakan pemerintah daerah untuk semester genap tahun ajaran dan tahun akademik pada bulan Januari 2020/2021. Pengumuman ini disampaikan melalui webinar yang diselenggarkan pada Jumat, 20 November 2020.
Mendikbud Nadiem Makariem menyampaikan bahwa pembukaan sekolah di zona hijau harus tetap sesuai dengan protokol kesehatan. Pembukaan sekolah akan dilakukan bertahap mulai dari Sekolah Menengah Atas (SMA/Sederajat) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP/Sederajat) setelah itu selang dua bulan baru kemudian diikuti pembukaan di Sekolah Dasar (SD/sederajat). Nadiem Makarim memiliki alasan mengapa mendahulukan siswa SMP dan SMA terlebih dahulu dalam pembukaan sekolah. Siswa SMP dan SMA dinilai dapat memahami protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan menjaga jarak dengan baik yang nantinya dapat ditiru oleh siswa Sekolah Dasar.
Nadiem berharap pihak sekolah dapat mengutamakan dan menaati protokol kesehatan ketika sekolah kembali dibuka. Tidak hanya itu, Nadiem juga berharap sekolah dapat melakukan inovasi baru untuk meningkatkan keamanan, keselamatan, dan kesehatan siswa selama pembelajaran tatap muka nanti. Nadiem mencontohkan persiapan yang dilakukan oleh SMAN 4 untuk mempersiapkan pembelajaran tatap muka. Persiapan yang dilakukan oleh SMAN 4 diantaranya yaitu menerapkan tiga shift pembelajaran dari yang disarankan dua shift pembelajaran.
Nadiem juga menyampaikan beberapa poin penting terkait dengan pembukaan sekolah pada pandemi covid 19 ini. Salah satunya yaitu upaya untuk menghindari kegiatan kerumunan. Oleh karena itu Kantin sekolah pada masa transisi selama dua bulan tidak diperbolehkan untuk dibuka. Kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler juga tidak boleh dilakukan pada masa transisi selama dua bulan pertama. Kegiatan-kegiatan lainnya yang menyebabkan adanya kerumunan juga tidak diperbolehkan seperti pertemuan orang tua di sekolah dan kegiatan siswa di luar kelas yang menyebabkan kerumunan.
Poin penting lain yang juga disampaikan oleh Mendikbud yaitu pembatasan jumlah siswa yang melakukan pembelajaran tatap muka di kelas. Kapasitas siswa yang melakukan aktivitas belajar di kelas dianjurkan sekitar 50 persen dari jumlah rata-rata siswa di kelas. Karena pembatasan kapasitas siswa tersebut, Sekolah harus melakukan rotasi atau shifting siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas. Siswa akan melakukan pembelajaran tatap muka dikelas dengan bergiliran.
Nadiem juga menyampaikan jumlah kapasitas ideal siswa untuk pembelajaran tatap muka. Jumlah peserta didik di PAUD maksimal hanya 5 anak yang standarnya dulu 15 anak, Jumlah peserta didik pendidikan dasar dan menengah maksilam sebanyak 18 anak perkelas yang tadinya 28-36 anak, dan untuk pendidikan sekolah luar biasa (SLB) maksimal sebanyak 5-8 peserta didik.
Mendikbud juga mengharapkan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, kepala dinas pendidikan, pihak sekolah, siswa dan wali murid untuk mematuhi peraturan dan anjuran pemerintah selama pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan nanti. Sekolah juga harus bertindak tegas demi keamanan siswa, guru dan pihak sekolah lainnya. Perlu adanya perturan mengenai penggunaan masker, harus cuci tangan menggunakan hand sanitizer dan social distancing selama pembelajaran tatap muka di sekolah.
Kegiatan pembelalajaran seperti penerapan jadwal pembelajaran, jumlah hari dan jam belajar ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan. Kondisi kesehatan warga sekolah juga harus diperhatikan dan tidak memiliki gejala Covid 19. Pemerintah daerah dapat menentukan kebijakan pembelajaran sesuai kondisi, kebutuhan, dan kapasitas daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah dan pihak sekolah juga diharapkan dapat mempersiapkan transisi untuk pembelajaran tatap muka. Dinas pendidikan setempat harus memastikan pemenuhan daftar periksa dan kontrol kesehatan di satuan pendidikan. Selain itu, dinas pendidikan juga harus memastikan fasilitas pelayanan kesehatan daerah. Dinas perhubungan dapat memastikan ketersediaan akses transportasi yang aman untuk menuju sekolah.
Tautan YouTube Video Pengumuman Penyelenggaraan Pembelajaran Semester Genap TA 2020/2021:
Unduh Pedoman Pembelajaran pada Semester Genap TA 2020/2021 di sini.
Unduh FAQ Panduan Pembelajaran Semester Genap 2020-2021 di sini.
Unduh Salinan SKB PTM di sini.

Ukhti Febiana Mufridah
IG : @ukhti_febby