BELAJAR DI MASA PANDEMI
Rumitnya Konsep Belajar Di Masa Pandemi, Bagaimana Cara Menyikapinya?
22 - Oktober - 2020 2271 Share :Sampai kini, proses belajar di masa pandemi yang dilakukan daring belum juga usai. Selang hampir 7 bulan lamanya, para siswa dan anak-anak belajar di rumah. Begitu pun dengan para guru yang melakukan pengajaran di rumahnya masing-masing. Meskipun terkadang, ada juga yang harus melakukan pengajaran di sekolah langsung hingga terpaksa mendatangi rumah ke rumah siswa.
Banyak kita lihat pemberitaan media yang tersebar dimana-mana. Siswa yang merasa kesulitan belajar, tugas-tugas yang menumpuk. Pun, orang tua atau wali murid yang juga dibuat kelimpungan membantu proses belajar anaknya. Belum lagi, para guru yang juga sama dibuat getir oleh pembelajaran daring. Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi pembelajaran Indonesia di masa pandemi dan bagaimana cara kita menyikapinya?
Daftar Isi :
- Sekelumit Masalah Belajar Daring
- Permasalahan Siswa
- Permasalahan Wali Murid
- Permasalahan Guru
- Bagaimana Sikap Baiknya untuk Menghadapi Masalah Tersebut?
- Referensi
Sekelumit Masalah Belajar Daring
Bukan rahasia, dari awal mula pembelajaran daring ditetapkan, banyak kalangan-kalangan yang dibuat tidak setuju. Meskipun sebagian lagi, ada yang menerima dengan lapang dada. Mau bagaimana lagi? Penyebaran COVID-19 yang terjadi secara masif membuat pemerintah tidak mau ambil risiko tinggi. Itulah yang menjadi alasan utama kegiatan belajar tatap muka diberhentikan sementara.
Tidak lucu rasanya, jika karena proses belajar biasa memunculkan cluster baru penyebaran virus Corona ini. Meskipun begitu, muncul sekelumit permasalahan yang akhirnya mencuat. Berbagai media penuh dengan keluh-kesah belajar daring. Semuanya rata dan lengkap di semua sisi. Apa saja masalahnya?
1. Permasalahan Siswa
Sekolah daring pertama kali berdampak pada para siswa, anak-anak sekolah, atau bahkan mahasiswa. Jika biasanya mereka bersekolah, bertemu teman atau belajar bersama guru secara langsung. Namun, ketika belajar online dilakukan, semua dilakukan dalam jaringan. Tidak ada pertemuan dengan teman, tidak ada pertemuan langsung dengan guru.
Beberapa anak merasa proses belajarnya tidak efektif. Sulit mencerna apa yang diajarkan, kesulitan dalam mengakses jaringan, tidak memiliki sarana yang memadai untuk belajar online, hingga rasa bosan. Bahkan, beberapa kasus menyebutkan bahwa proses belajar di masa pandemi secara daring, membuat tingkat kejujuran, tingkat semangat belajar, jadi turun.
Mengapa demikian? Saat belajar di sekolah, siswa terbiasa diperhatikan dan juga diawasi oleh guru ketika belajar. Bagaimana jika di rumah? Beberapa kondisi dan faktor, membuat siswa belajar dengan bebas. Bahkan saat ujian, bukan rahasia ditemukan siswa yang mencontek atau meng-copy paste jawabannya dari internet.
2. Permasalahan Wali Murid
Rupanya, pembelajaran online pun menghadirkan sekelumit masalah untuk para orang tua atau wali murid. Biasanya mereka hanya mengawasi proses belajar saat mengerjakan PR atau mengulang pelajaran, kini dipaksa untuk selalu ikut belajar dengan anak-anaknya. Terlebih bagi para orangtua siswa sekolah dasar yang hampir 80% mengerjakan setiap tugas anak-anaknya.
Ada juga yang merasa geram, sebab pembelajaran dilakukan daring, para orangtua yang kelimpungan, namun harus dibebankan dengan biaya-biaya sekolah. Misalnya saja biaya SPP atau administrasi bulanan. Kondisi sedang sulit, bagaimana bisa membayar biaya sekolah yang menjadikannya semakin rumit?
3. Permasalahan Guru
Ini yang seringkali dilupakan. Ketika para siswa dan wali murid memiliki masalah, rupanya para pendidik ikut kena getahnya. Bukan hal mudah beradaptasi dengan konsep pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Menyiapkan materi pelajaran, menyiapkan soal-soal, hingga sarana pendukung proses belajar.
Dari mulai membuat materi yang relevan, proses share ke media online, memenuhi ruang aplikasi pesannya dengan grup siswa, dirumitkan dengan segala pertanyaan orangtua dan siswa, hingga pembuatan sarana pembelajaran yang tidak mudah. Entah itu tulisan, hingga video agar proses belajar tetap menarik.
Bahkan, meskipun pihak kementrian sudah memberikan modul untuk membantu proses pembelajaran daring, apakah itu membantu? Bagi guru-guru yang bisa melakukan aksesi dengan mudah, melek terhadap teknologi, hal tersebut akan sangat membantu. Namun, coba lihat di sisi lainnya. Di daerah pedalaman, bahkan untuk mengaksesnya saja mereka tidak tahu bahkan tidak bisa.
Bagaimana Sikap Baiknya untuk Menghadapi Masalah Tersebut?
Kesuksesan proses belajar di masa pandemi secara online, tentu tidak bisa dilakukan oleh salah satu pihak saja. Perlu semua pihak yang ikut andil dan berperan untuk menyukseskannya. Bukankah, mencerdaskan bangsa adalah kewajiban negara? Dan mendapat pendidikan adalah hak semua manusia? Tapi, bukankah kesuksesan pendidikan itu bisa terjadi ketika semua masyarakat ikut berperan?
Itulah mengapa, ada beberapa poin yang bisa kita ambil untuk menyikapi beberapa permasalahan tersebut.
- Perlu adanya komunikasi yang lebih intens terhadap banyak pihak untuk kelangsungan dan kelancaran proses belajar di masa pandemi.
- Baik siswa, orangtua atau wali siswa, dan guru, sama-sama membangun kerjasama untuk menghadirkan pendidikan yang baik dan layak untuk anak-anak.
- Ketika belajar daring, orangtua murid pada dasarnya punya peran yang lebih besar dalam keberlangsungan proses belajar anaknya. Itulah mengapa, sudah sepantasnya tugas orangtua membersamai anak belajar, memberikan pengarahan, dan memberikan pendidikan sesuai kemampuannya.
- Walau belajar daring, buat pengertian yang relevan bagi setiap siswa oleh para gurunya. Pasalnya, pembelajaran jarak jauh seringkali memicu kesalahan persepsi.
- Bagi pihak-pihak yang berwenang, permasalahan ini bukan hanya sebagai tontonan biasa. Perlu gebrakan baru untuk melancarkan proses belajar di masa pandemi.
- Melihat banyak fakta beredar tentang kesulitan akses metode dan konsep pembelajaran, sudah sepantasnya jadi cambukan agar sarana dan fasilitas pendidikan bisa dilakukan pemerataan di setiap daerahnya.
- Perlu adanya tinjauan ulang atau mungkin sebuah pelatihan secara terpadu untuk para pendidik agar bisa melakukan proses pengajaran dengan baik melalui daring.
- Kejelasan dan kesamaan tujuan seluruh lapisan masyarakat untuk mengefektifkan proses belajar mengajar di era pandemi.
Bagaimanapun, kesuksesan dan efisiensi proses belajar di masa pandemi harus dilakukan secara kerjasama. Saling bantu-membantu, saling memahami, dan yang paling penting saling mendukung satu sama lain agar permasalahan pendidikan di era pandemi segera berakhir.
Referensi
- https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2020/09/08/212791/pembelajaran-daring-tak-maksimal-guru-dan-ortu-tak-siap
- https://www.kompasiana.com/wayudin/5f19940fd541df17895c60d4/guru-juga-korban-dalam-pendidikan-daring?page=all
- https://republika.co.id/berita/qhs5yb328/fsgi-modul-pembelajaran-untuk-pjj-sulit-diakses-di-daerah
- https://era.id/afair/32616/kendala-belajar-jarak-jauh-sulitnya-akses-internet-sampai-keberatan-pr
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200901185645-20-541713/dikbud-diminta-bantu-biaya-pembelajaran-tanpa-akses-internet
Silvi Novitasari
Hi, perkenalkan saya Silvi Novitasari, biasa dipanggil Vee. Seorang penulis lepas yang juga senang belajar, berbagi, juga tentunya menulis. Sejak kecil, sangat senang sekali dengan dunia tulis-menulis. Kesenangan itulah yang menjadikan diri sebagai seorang penulis hingga sekarang. Terinspirasi agar dikenang dan bisa memberikan yang terbaik sehingga bisa bermanfaat bagi siapapun dan apapun melalui tulisan. Tak hanya itu, setiap ilmu yang didapat membuat saya ingin banyak berbagi dengan sesama. Berbagi, belajar bersama, dan menciptakan sesuatu yang bisa dirasakan manfaatnya oleh siapa saja. Itulah yang menjadi alasan saya menciptakan salah satu komunitas menulis yakni Komunitas Gerakan Menulis Indonesia (Writer Community). Juga berbagi apapun hikmah yang didapat dalam sebuah buku non-fiksi berjudul “RETROSPEKTIF” dan “Kunci-Kunci Bahagia”. Untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. sebagai pebisnis yang jujur dan hebat, saya juga menghubungkan kesenangan menulis saya dengan bisnis. Hal itu yang membuat saya berusaha membuka beberapa usaha bersama keluarga. Ternyata, kata-kata bisa membantu mengubah masa depan bisnis kita jauh lebih baik. Dari situ jugalah yang menjadikan saya sebagai Copywriter dan Content Writer yang bisa membantu banyak pebisnis mengembangkan bisnisnya melalui tulisan. Semangat berkarya dan menabur banyak manfaat!